tsundere
tags; harsh words, family issues, mention of cheating, blood
Junhan yang mendengar pertikaian Ayah nya dan Kakak nya itu hanya menghela napas lelah. Ia sangat ingin menghentikan waktu dan menggantinya dengan keadaan rumah yang damai. Tanpa adanya keributan seperti hari-hari biasanya. Ia ingin merasakan Keluarganya hidup damai dan tenang.
Saat ia rasa tidak ada lagi suara berisik di luar, Junhan menghampiri pintu kamarnya. Bertepatan dengan Jisung yang juga membuka kasar pintu Junhan, membuat sang pemilik kamar mundur selangkah karena kaget.
Jisung membawa perban di tangan kirinya. Tangannya mengudara untuk memberikan perban itu ke pada sang adik. Junhan beralih menatap tangan Jisung sebelah kanan. Banyak darah. Ia menghampiri Jisung.
“Obatin. Hasil dari Ayah lo.” Ujar Jisung.
“Darahnya banyak banget?! Kita ke kamar mandi dulu buat bersihin darahnya.” Junhan menarik Jisung buru-buru menuruni tangga. Sambil ia jaga darah dari tangan Kakak nya itu tidak jatuh menetes kemana-mana.
“Pelan-pelan bego! Sakit, tolol!”
“Maaf.”
Saat sampai, Junhan keluar lagi. Mengambil kursi untuk Jisung.
“Duduk Kak.”
Menyuruh Jisung duduk menghadapnya dan menaruh lengan Jisung pada wastafel kamar mandi. Mengarahkan kran air itu dan membasuh pelan-pelan telapak tangan Kakaknya.
Jisung berdesis ngilu.
“Sakit ya?”
“Ya menurut lo aja gimana!”
Junhan berusaha mengambil beling yang menusuk di telapak tangan Jisung. Dengan telaten dan pelan-pelan ia mengobati sang Kakak.
Saat menggulung perban untuk menutup seluruh luka di telapak tangan Jisung, Junhan menangis.
“Ngapain lo nangis?” Tanya Jisung dengan nada ketusnya.
“Maafin aku karna nggak keluar dari kamar buat nolongin Kakak Ji.” Mengusap air matanya.
“Tumben lo nggak ikut campur urusan gue?”
“Udah anjir! Ngapain lo nangis kejer gitu? Orang gue aja nggak nangis!” Sebal Jisung yang melihat tangis Adiknya tambah kencang.
“Maafin Junhan Kak. Maafin Junhan.” Ia terduduk, memegang tangan kiri Jisung yang berada di pahanya.
“Seharusnya Junhan sama Mama nggak hadir di tengah-tengah bahagianya Tante Shailla sama Kakak Ji. Seharusnya Ayah nggak selingkuh sama Mama. Seharusnya aku ngerti sama situasi waktu Ayah main terus ke rumah.” Ujarnya sambil sesegukan.
Jujur saja, Jisung sudah malas membahas masalah ini lagi. Hari ini ia terlalu lelah. Ingin cepat segera tidur dan melupakan sejenak apa yang telah ia alami hari ini.
Jisung berdiri. Sebelum melangkah pergi ia menyempatkan untuk mengusak kepala sang Adik.
“Besok gue nggak masak. Makan di kantin aja.”
Menutup pintu kamar mandi. Meninggalkan Junhan di dalam yang sedang menangis. Jisung menghela napasnya, menahan agar air matanya tidak jatuh kembali. Lalu pergi menuju kamarnya.