on the drive home

fluffy but kinda angst 🤏🏻🙏🏻😬


Jisung masih menunggu Minho di dalam mobil setelah lelaki itu berbicara, “Tunggu Ay, aku kelupaan sesuatu.”

Tidak menaruh rasa curiga ke pacarnya itu karena Minho pun izinnya dengan muka yang serius. Sampai akhirnya Minho datang, masuk ke dalam mobil sambil tangannya mengangkat plastik yang berisi telur gulung dengan jumlah yang banyak itu sampai membuat Jisung tertawa. Jangan lupa dengan cengiran Minho saat memperlihatkan dengan bangga apa yang ia beli.

“Banyak banget? Emang bakalan habis kah?” Masih dengan sisa tawanya.

Sambil mulai memundurkan mobilnya, “Halah paling gak ada lima menit juga itu telur gulung udah pindah keperut kamu Ay.”

Jisung melirik sinis Minho sambil mulai memakan telur gulungnya.

“Malem ini rame banget ya.” Jisung yang melihat mobil dan motor yang ingin masuk dan keluar itu di parkiran.

“Malem ini juga kenyang.” Jawab Minho.

“Malem ini juga seneng.” Celetuk Jisung sambil sesekali menggigit telur gulungnya itu.

“Soalnya sama Minho.” Sahut Minho dengan kedipan mata ke arah Jisung.

“Iya bener deh.” Sambil menyuapi Minho.

“Malem ini seneng banget soalnya dijajanin banyak sama Minho, diajakin foto juga, lama-lama cinta aku ke kamu makin nambah ini.” Jisung terkekeh.

Minho hanya menimpali dengan senyuman dan usapan tangannya ke kepala Jisung.

tapi aku harap rasa cinta kamu ke aku gak semakin besar Ay, karena kalau waktu kita habis, kamu gak terlalu sakit nantinya.

“Waktu kita tuh hampir sama mulu gak sih Ay? Kayak kalo aku pulang cepet, kantor kamu juga pulang cepet. Jadi ada waktu sama kamu. Rutinitas ku selalu ada kamunya.”

♫ On The Drive Home – NIKI ♫

Minho tidak mau merusak senyum lebar pacarnya itu. “Aku juga udah nyaman sama rutinitas kita ini sayang.”

gue beneran udah nyaman banget sama lo Jisung. Tapi gue benci sama waktu yang kita punya.

“Mau lagi gak telurnya?” Tawar Jisung.

“Habisin aja biar kamu kenyang.”

“Aku udah kenyang banget tau ini sebenernya!”

Minho terkekeh. “Tapi habis juga kan itu?” Melirik plastik yang Jisung pangku.

“Tinggal empat gitu.” Lanjutnya.

“Kamu yang makan, kan dari tadi aku suapin!” Jisung mengelak.

“Iya deh aku yang makan.”

Jisung yang terus mengoceh disepanjang jalan dengan Minho yang terus mendengarkan cerita demi cerita, candaan demi candaan Jisung yang terus lelaki manis itu lontarkan. Namun pikiran Minho kemana-mana.

Ia sadar, bukan. Semakin ia sadar dengan hubungannya dengan Jisung, semakin ia sedih dan semakin ia pikirkan itu didalam otaknya. Rutinitas, hari-hari ia bersama Jisung mampu membuat rasa sayangnya semakin besar. Ia setuju dengan Jisung dan ia juga sama merasakan perasaan itu, semakin cinta dan sayang.

Jisung sakit ataupun senang ia selalu ada di sampingnya. Sifat manja Jisung saat lelaki manis itu sakit, sifat marah meledak-ledak saat Jisung sedang marah atau diam nya Jisung pun Minho tau. Minho tau semuanya. Tapi bila mengingat waktu mereka yang hanya sebentar dan tidak bisa selamanya itu membuat hatinya sakit. Sakit memikirkan kalau bagaimana nantinya waktu mereka sudah tiba? Untuk berpisah. Minho membayangkan Jisung sedih pun tidak sanggup. Apalagi, entah dia atau Jisung yang akan meninggalkan hubungan ini.

Tidak sekarang, tapi itu pasti kan?

Iya, itu pasti.

“Minho kamu dengerin aku gak sih!” Sebal Jisung yang sepertinya tidak ada cerita lelaki manis itu didengarkan oleh Minho. Hanya angin lewat saja.

“Maaf.”

“Yaudah gak papa, aku bisa cerita kapan-kapan lagi.”

“Maaf Ay.”

“Iya sayang ih gak papa!”

“Maaf kayaknya kita makan lagi deh.” Minho memarkirkan mobilnya di pinggir jalan. Tepat di dekat penjual nasi goreng.

“Sumpah kamu mau makan nasgor?!”

“Beli satu buat berdua aja ya? Kita makan di rumah kamu.”

“Woi! Aku belum jawab udah keluar aja lo!” Kekeh Jisung sambil menatap punggung Minho di luar sana.

“Aku mau terus liat Minho kayak gini.” Ujar Jisung seperti ada nada sedih disana.