Lily
Disini sekarang Jisung, makam sang Ayah. menyapanya sebentar dan menaruh bunga lily yang ia beli sebelum datang menemui Ayahnya.
“Ayah, tau gak?” Jisung mulai berbicara setelah lama berdoa.
Lalu terkekeh, bayangan Minho yang sudah dapat dipastikan sangat kesal itu muncul dikepalanya. “Aku kesini gak izin Minho dulu. Pasti dia spam chat deh. Hp sengaja gak aku buka, biarin aja.”
“Ayah tanya kabar Mama? Hm...” menggantungkan kalimatnya sebentar dan membenarkan posisi duduknya.
Mama baik. Tapi jarang pulang. Jisung gak tau sih karna apa, cuma Jisung simpulin Mama emang lagi sibuk sama kerjaannya.”
“Ayah tanya kabar Jisung? Jisung baik. Karena Jisung punya Minho.” kekehannya kembali terlihat. Kalau saja Minho ada disini sudah di pastikan lelaki itu akan senang karena mendengar perkataan Jisung.
“Walaupun Jisung masih suka iri lihat temen-temen yang cerita atau masih bisa main bareng sama Ayah nya dan Jisung cuma bisa ngedengerin mereka cerita, Jisung bahagia karena dulu Jisung juga pernah sama Ayah, kan?”
“Maafin Jisung ya masih suka sedih sama nangis karena kangen sama Ayah. Itu hal yang wajar kan?”
“Kadang orang-orang nyuruh Jisung buat gak terus-terusan nangis dan mereka nyuruh Jisung buat ngelupain Ayah.” Kekehnya sedih.
“Wah, gak boleh dong ya? Masa di lupain? Justru jangan sampai Jisung lupa sama Ayah. Mereka itu cuma bisa ngomong bla, bla, bla aja. Padahal gak tau rasanya gimana. Sok paling tau perasaan Jisung aja, kan Yah?”
“Tapi Minho gak kayak gitu. Dia justru suruh Jisung buat nyoba inget tentang apa yang dulu Ayah sama Jisung lakuin. Trus Jisung nangis dan Minho ngelus-ngelus punggung Jisung.”
“Jisung sayang Minho, banget.”
“Ayah pasti juga suka kan sama Minho? Karena Minho jagain Jisung dengan baik. Sama kayak dulu Ayah jagain Jisung dari orang-orang jahat.” Senyumnya tak luntur kala ia terus menceritakan apa yang mau ia ceritakan kepada Ayah nya.
“Sekarang tugas Ayah diambil alih sama Minho.”
“Minho itu persis Ayah. Gak banyak janji atau omongan, tapi lebih ke perlakuan yang dia tunjukin ke Jisung.”
“Walaupun tetep banyak omong sih Minho.” Sebalnya sedikit.
Sore itu, Jisung habiskan waktunya untuk bercerita didepan makam sang Ayah. Meluapkan semuanya seperti benar Ayah nya berada di depannya saat ini. Jisung harus bangkit bukan? Hidup tetap terus berjalan walaupun kita sangat tidak ingin meneruskan perjalanan yang berat ini. Semuanya, tetap semangat ya!!
Jisung juga akan semangat, karena cita-cita nya dan cita-cita Ayah nya harus Jisung gapai dan harus terwujud.
fin-