kembang api

// kiss in public


Minho sedang menyantap makanan yang telah dimasak oleh Jisung. Ia yang sampai rumah pukul delapan malam dikejutkan oleh Jisung yang menggendong twins sekaligus lalu ia taruh di matras depan tv.

Jisung duduk menyandar pada sofanya. Menatap gemas sekaligus sebal anaknya yang sekarang sangat ceria memainkan mainan yang Jisung siapkan. Bagaimana tidak sebal? Jam delapan malam dua anak nya itu terbangun. Dan siap-siap saja ia maupun Minho terjaga sampai pagi.

“Adek, jam segini kok bangun sih.” Gemas Minho dari meja makan. Ia kaget karena twins bangun, bukan karena Jisung yang menggendong sekaligus anak nya itu.

Jisung terkekeh. Menyisir rambutnya. “Mereka tau Daddy sama Papa nya punya mainan baru.” Menatap Minho dari jauh.

“Tidur jam berapa nanti kalian, Dek.” Ujar Minho lagi.

“Yang, sebenernya sama aja sih. Mau bangun sekarang atau nanti pas denger petasan kamu nyala juga kita tetep jaga sampe pagi.” Lanjutnya.

Jisung mengangguk setuju. “Kalian belum nyusu dari sore. Mau minum susu?” Tanya Jisung yang mendekatkan wajahnya dengan Jiho lalu ke Hani.

Dua bayi nya itu hanya tersenyum lebar memperhatikan giginya yang belum banyak itu. Jisung ikut tersenyum juga lalu bangun untuk membuatkan susu untuk twins.

Minho menggoda dua anaknya itu yang sedang menatapnya. Memamerkan tempe goreng yang ia makan. “Mau??” Senyumnya mengembang kala melihat Jiho dan Hani terkekeh khas bayi.

“Kalian tuh digodain Daddy seharusnya marah, bukannya malah ketawa gitu, Dek.” Celetuk Jisung yang sedang membuatkan susu.

Minho membawa piring kotornya ke cucian piring.

“Taruh aja Mas, nanti aku cuci habis buat susu twins.”

Minho menurut, mendekat ke Jisung. Memeluk Suaminya dari belakang dan menciumi leher Jisung.

“Diem ah! Nanti air anget nya tumpah!” Omel Jisung.

Minho terkekeh. Menaruh dagunya di bahu Jisung. “Yang kamu nggak pengen?”

“Pengen. Main kembang api kan?” Sambil menutup botol dot si kembar lalu berjalan menjauhi Minho.

Minho terkekeh. Berjalan menghampiri Jisung dan si kembar. Tengkurap di depan twins yang duduk. Memegangi botol susu nya Jiho.

“Habis minum susu kita main kembang api!” Seru Minho.

Jisung tersenyum menatap Minho yang menatap Jiho. Hani yang asik memegangi botol susunya sambil bersandar pada perut Jisung sambil kaki nya yang menendang-nendang pelan bahu Minho di depannya.

“Kamu nggak capek, Mas?”

“Capek aku hilang liat anak-anak Ji.” Masih tetap menatap Jiho yang sekarang menusuk-nusuk pipinya.

“Liat aku nggak hilang ya capeknya?” Sedih Jisung pura-pura.

Minho menatap Jisung. “Apalagi liat kamu, sayang. Mau habis lari dari rumah ke rumah Babeh pun liat kamu auto hilang seketika capek aku.” Kekehnya.

“Coba dong mau liat.”

“Yang?!”

Jisung terkekeh. “Enggaklah. Aku nggak tega liat kamu lari dari sini ke rumah Babeh.”


Sekarang mereka ada di halaman belakang rumahnya. Perumahan yang mereka tempati terhitung baru dan masih sepi. Namun rumah di sebelahnya ini sudah terisi oleh orang.

Setelah mengganti baju twins dengan baju lengan panjang dan celana panjang, Jisung duduk memangku Jiho dan Hani yang tampak bingung diajak keluar rumah oleh kedua orang tuanya.

Minho sedikit jauh di sampingnya. Menyalakan lilin dan menyiapkan kembang api yang sudah ia beli.

“Kamu beli apa aja Mas?”

Minho memperlihatkan isi plastik jajanannya itu.

“Sumpah kamu beli yang kupu-kupu?! Nanti di kejar baru tau rasa!”

“Iseng Yang beli. Seru kayaknya. Jadi inget jaman Sekolah dikejar petasan.”

Minho menyulutkan satu kembang apinya. Saat apinya menyala, Jiho maupun Hani ribut ingin meraih benda berkelip yang dipegang oleh Daddynya iu.

“Mau pegang Mas. Tapi ada twins.”sedih Jisung.

“Bisa, nih pegang. Tangannya yang jauh ke samping.” Lalu memberikan kembang api yang nyala ke Jisung. Tangan kirinya ia buat untuk memeluk twins.

“Kok diem aja Dek? Tadi pengen megang?” Kekeh Minho yang melihat anak nya langsung diam itu.

“Mereka takjub Mas, liat dari deket gini.” Ujar Jisung.

Minho mengeluarkan ponselnya dan memotret momen Jisung yang memegang kembang api sambil memangku twins. Jisung tersenyum ke arah kamera.

“Gemes.” Ujar Minho yang melihat hasilnya.

Lama memainkan kembang api. Mereka dikejutkan oleh seseorang yang tiba-tiba datang itu.

Karena garasinya terhubung ke pagar depan rumah. Mereka bisa tau siapa yang datang, karena garasinya juga belum di tutup.

“Babeh ngapain ke sini?” Tanya Minho yang melihat Kento mematikan motornya dan melepaskan helm nya. Lalu berjalan mendekat ke arah mereka.

“Gue nunggu lo berdua bawa twins ke rumah, kelamaan! Ya mending gue ke sini aja, mandiri.”

Jisung terkekeh. “Maaf ya Beh, belum ada waktu.”

“Wih, lagi main petasan lo tong?” Mengajak twins interaksi.

“Mesem bae lo berdua.” Gemas Kento menatap dua bayi anaknya itu.

“Beh, pegang sini Beh.” Tarik Minho dan memberikan petasan ke Kento.

“Anak lo ngeliat! Nanti nangis yang ada denger suaranya! Trus liat tuh tetangga lo pada ngeliatin.” Ujar Kento.

“Yaelah emang kenapa kalo di liatin?”

“Lagian juga kalian nggak akan nangis kan, Dek?” Tanya Minho ke anak-anaknya yang hanya bisa tersenyum gemas di atas pangkuan Jisung.

“Gak papa Pak, dari tadi seru liat Mas Minho main petasan.” Celetuk tetangga samping rumah nya.

“Tuh! Udah, cepetan pegang ah Beh! Twins udah gak sabar tuh liat!”

“Lo kali yang gak sabar liat gue lo jadiin tumbal megang petasan gini!” Sebal Kento.

“Nah tuh tau.” Kekeh Minho.

“Isi berapa ini?” Tanya Kento.

“Sepuluh.”

“Sialan lo ya jadi anak!”

Kento yang berdiri jauh dari rumah. Menunggu petasan itu terpancing keluar dan dengan cepat tangannya mengudara ke atas agar petasan itu tidak jatuh salah tempat. Minho menjauh. Mengambil Hani untuk ia gendong dan Jisung juga ikut bangun menggendong Jiho.

Bunyi kencang dari petasan membuat kedua anaknya itu terbengong menatap langit. Jisung maupun Minho tersenyum. Kento yang melihat cucu kembar nya itu tidak menangis, terbengong-bengong heran juga. bagaimana bisa?

Minho mendekat ke Jisung. Mencium pipinya. Lalu turun ke bibir lelaki manis di sampingnya. Melumat pelan, ikut tersenyum kala Jisung tersenyum di sela ciuman mereka. Tidak peduli Kento menatapnya dengan sebal karena bisa-bisanya mereka berciuman di depannya dan dua anaknya itu?

Gak tau tempat banget anak gue!

copy paste an gue banget lo, Ho.


“Liat tuh, Daddy sama Kakek malah asik main sendirian.” Ujar Jisung ke twins.

Setelah petasan, mereka lanjut ke petasan kupu-kupu yang di beli Minho.

“Untung jauh. Kalo nggak kamu Dek yang di kejar kupu-kupu.” Kekeh Jisung.

Beralih ke Minho dan Kento yang jauh dari rumahnya itu. Siap-siap untuk lari.

“Gak beli yang lebah?” Tanya Kento di sela Minho yang sibuk menyalakan petasan kupu-kupu nya itu.

“Nggak ada. Padahal seru lebah nggak sih Beh?”

“Kupu juga seru.”

“Heh! Udah nyala?” Tanya Kento yang melihat Minho berjalan menjauh lalu tiba-tiba lari kencang itu.

“UDAH! BEH LARI BEH! GECE BEH!!!” Teriak Minho sambil lari dan menatap ke belakang.

“SIALAN LO MINHO GAK BILANG KALO UDAH NYALA!” Teriaknya sambil ikut lari juga.

Di sisi lain Jisung sudah was-was saat mereka berlari ke arahnya.

“Kok larinya ke sini sih!”

Namun belum sampai dekat dengannya yang duduk di depan rumah. Petasan itu mati. Minho menunduk karena lelah berlari dan tertawa di tengah napasnya yang tersenggal itu.

Tak jauh berbeda dengan Minho, napas Kento juga tersenggal. Dadanya naik turun.

“Durhaka lo ya! Ngerjain gue!”

Minho duduk di jalan. Tertawa kencang melihat Babehnya yang lelah akibat lari.

Jisung juga tertawa. Namun beda dengan Hani yang tiba-tiba menangis kencang. Menyadarkan Minho dan Kento yang sedari tadi masih ribut.

“Mas! Anak nya nangis nih!” Bukannya marah, Jisung malah semakin ketawa menatap Hani yang menangis. Jiho hanya cengengesan karena bingung kenapa kembarannya ini menangis.

Minho dengan cepat bangun dan mencuci tangannya menggunakan sabun yang tersedia di halaman belakang rumahnya. Lalu mengambil Hani untuk ia gendong dan menepuk-nepuk pelan punggung anaknya itu.

“Kenapa nangis cantik?”

“Nangis karna liat Daddy nya di kejar petasan.” Kekeh Jisung.

Kento yang sudah mendekat juga pun terkekeh. “Jiho, lo nggak nangisin gue juga?” Lalu menoel pipi tembam Jiho.

“Sstt, anak Daddy. Sayang ya sama Daddy?” Ujar Minho sambil terus memeluk Hani dan menenangkan putrinya itu.