Kelas Minho
“Ngapain lo?” Hyunjin menyapa Jisung sinis— bercanda. Jisung duduk di samping Hyunjin. Badannya menghadap ke belakang.
“Nyamperin cowok aku lah? Di kira aku mau nyamperin kamu apa?” jawab Jisung tak kalah sewot.
Tanpa Jisung tau, Minho tersenyum kecil. “Cowok aku?” lalu terkekeh salting— salah tingkah.
“Bisa aja nyamperin Changbin.” dengan posisi satu tangannya yang ia taruh untuk menyangga kepalanya, dan satunya lagi sibuk mengambili cemilan kentangnya.
Minho dan Changbin yang masih berkutik dengan catatannya pun hanya bisa terkekeh mendengarkan keduanya yang ribut.
Han kembali menatap Minho. “Kamu tuh emang kalo nyatet lelet ya?”
tak!
Satu pukulan pulpen Minho dilayangkan pelan ke kening pacarnya. “Bukan aku yang lelet. Tuh guru aja yang ngasih catetan sebanyak isi buku paket.”
“Nih manusia dua tuh emang lelet banget tiap disuruh nyatet. Mending lo pada foto aja, kerjain diruma deh.” ujar Hyunjin.
Jisung menatap sinis temannya ini. “Jangan dicontoh. Mending lelet gak apa-apa. Di rumah tuh waktunya istirahat sama buat belajar yang lainnya. Gak mikirin catetan hari ini lagi.”
Changbin bertepuk tangan. “Salut gue sama pacar lo, Ho.”
Minho tersenyum bangga. “Jelas. Pacar siapa dulu dong.”
Hyunjin mencibir. “Ji.” memanggil Jisung yang masih saja asik menatap tangan Minho.
“Jisung!” panggilnya lagi dengan mendorong kursi lelaki manis itu.
“Jangan dorong-dorong! Apaan?!” jawabnnya kesal.
Changbin berbisik ke Minho. “Pacar lo emang galak ya?” mendengar itu sontak Minho terkekeh. “Iya galak. Kalo lagi laper.”
“Berarti sekarang lagi laper?” menatap Jisung yang masih mendumel dengan Hyunjin.
“Iya, lagi laper banget dia.” kekehnya lagi.
“Buruan deh kasih makan, serem kalo Hyunjin dibanting tiba-tiba.”
tak!
Kali ini Changbin yang Minho pukul— lebih keras. “Banting-banting, dikira apaan pacar gue??”
Keduanya terkekeh, melanjutkan kembali catatannya. Kita kembali untuk melihat pergulatan Hyunjin dengan Jisung.
“Gimana caranya?!”
“Gak usah teriak-teriak! Aku denger ya!”
“Yaudah iya, gimana caranya biar Seungmin gak ngambek lagi sama gue?” kali ini dengan suara berbisik nya.
“Lagian kamu segala ngide buat muter-muter dulu sebelum ke sekolah.”
Sontak tawa Changbin pecah mendengar apa yang dikatakan oleh Jisung. “Mampus Seungmin marah, gagal pdkt. Mending sama gue aja.” Hyunjin menatap sinis Changbin.
“Lo sih, gak ngasih kepastian. Ya cabut lah dia ke Seungmin.” celetuk Minho.
“Dianya aja udah gue tembak malah ngiranya gue bercanda.”
“Ya lo terlalu sering bercandain si Hyunjin.” jawab Minho.
“Ji, mending pacar lo buat gue. Atau bagi dua?” kata Hyunjin yang masih menatap Minho dengan tatapan tak percaya, karena lelaki itu tau apa yang Hyunjin rasa.
“Bagi dua-bagi dua! Enak aja!” omel Jisung.
“Mana bekelnya! Lama banget sih nyatetnya!”
Minho menutup buku tulisnya, mengambil bekalnya yang ia taruh di kolong meja dan membukanya. Ada sayur tahu dan daging yang sepertinya digoreng kering.
Suapan pertama untuk Jisung. Lalu Minho juga memakannya sendiri. “Changbin, kamu gak makan?” tanya Jisung setelah kunyahannya berhasil ia telan. Tanpa menoleh, Changbin menjawab. “Udah tadi disuapin juga sama Hyunjin.”
Minho terkekeh mendengar Jisung yang bisa dibilang perhatian ke Changbin. Sepertinya apapun yang pacarnya itu lakukan, ia sangat gemas. Lalu menyuapi suapan berikutnya lagi.
“Dipaksa.” celetuk Hyunjin.
“Tapi mau.” kali ini Changbin.
Hyunjin tidak menjawab. “Btw, Papa gue juga jago masak. Apalagi olahan daging, kita pernah buat bareng.”
Sontak Minho menatap Jisung, berusaha mengalihkan lelaki itu dengan cara menyodorkan suapannya lagi. Namun terlanjur, Jisung juga sudah mendengarkan apa yang dikatakan oleh Hyunjin.
“Aku juga pernah masak bareng Ayah.” batin Jisung.
“Oh ya? Kamu beda banget sama Papa kamu, kamu masak telur aja bahkan gak bisa.” kekeh Jisung. Minho menghela napasnya karena lega setidaknya Jisung tidak mencubiti tangannya untuk menahan tangisnya.
“Hey! Gak semua Ayah yang jago masak, anaknya juga pinter masak, tau!” kesal Hyunjin namun diakhiri dengan kekehannya.
Sambil terus mengunyah suapan dari Minho, Jisung masih terus mendengarkan Hyunjin yang bercerita tentang Papanya.
“Aku juga dulu kayak gitu sama Ayah.” berkali-kali Jisung menceletuk didalam hati.