HUJAN
“Makasih Pak!” Ujar Jisung setelah diantarkan oleh Pak Satpam menggunakan payung, ke dalam mobil milik Minho. Karena laki-laki itu tidak mau menyebrang ke kantornya. Katanya sih malas putar balik nya.
Minho menyambut Jisung yang sampai dengan mengangkat kedua tangannya yang memegang piring. Ia membawa sate dan nasi panas. Eh tak lupa teh panas nya juga. Demi Acil nya itu dia rela menjemput ditengah hujan yang lebat dan ditengah ia sangat mager itu. Hanya bermodalkan jaket abu-abu kesayangannya dan tanpa mengganti celana pendeknya itu, Minho berangkat.
Jisung tertawa. Duduk menghadap Minho dengan kaki nya ia lipat ke atas bangku. Mengambil piring berisi nasi lalu memangku piring itu.
“Kenapa nggak ditaruh tupperware sih!” Gemasnya.
“Nanti kelamaan. Keburu lo ngacak-ngacak kantor karna kelaperan!” Jawab Minho yang mulai duduk menghadap Jisung juga. Jisung tertawa, mengambil satu tusuk sate lalu melahapnya dan ia selingi nasi juga.
“Gak papa kan makan disini dulu?”
Jisung menatap Minho. Tangannya seakan menyetop diudara. Kunyahan nya tertelan. “Ya gak papa lah! Masa mau makan di tengah jalan?!”
Minho tertawa, mencubit kedua pipi Jisung dengan cara mendempetkan keduanya. Alhasil bibirnya seperti monyong. Lalu mengambil sate yang Jisung pegang dan memakannya.
“Ngambil punya orang!”
“Biarin!” Minho memeletkan lidahnya.
“Lo nggak usah kerja, Cil.”
“Gigi lo nggak usah kerja!” Omel Jisung.
Mereka mengobrol sambil saling menyuapi satu sama lain. Jisung yang menyuapi nasi dan Minho yang menyodorkan sate nya.
“Mau makan apa gue nanti?! Nggak mungkin juga gue minta Mama Papa kalo mau makan.”
“Lo tinggal duduk manis di rumah kita, Cil.”
“Rumah kita, rumah kita. Apart kecil gitu dibilang rumah.”
“Kita kan emang tinggal bareng, gak salah dong kalo itu rumah kita?”
“Iya sih gak salah. Tapi, udah deh makan aja gak usah bahas yang aneh-aneh.”
“Aneh gimana sih Cil. Gue serius. Lo tinggal duduk manis kayak Mama Papa gue di rumah.”
“Mama Papa lo kan emang tanggung jawab lo. Karna mereka juga udah pensiun. Gue masih sehat bugar gini masa mau santai-santai di rumah? Nanti lo jadi kesusahan nyari uang nya.” Jawab Jisung lalu melahap suapan sate dari Minho.
“Kalo yang nyusahin lo sih, gue dengan senang hati kerja lembur mulu Cil.”
“Jelek, hu!” Sebal Jisung yang sedikit salah tingkah itu.
Sambil menghabiskan makanan mereka dan mengobrol tentang hari yang sudah mereka lewati. Suasana mobil dengan dinginnya AC dan di luar sedang hujan lebat itu menimbulkan suasana hati mereka yang saling nyaman.
Setelah lama bercanda gurau di dalam mobil, Minho menjalankan mobilnya untuk pulang ke rumah mereka. Apartemen sederhana yang sudah mereka tempati sejak mereka masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas.
Bersahabat dari kecil membuat mereka kemana-mana selalu bersama. Banyak orang yang selalu iri atas kedekatan mereka di Sekolah. Pasalnya, mereka sudah seperti pasangan sungguhan. Banyak yang mengira kalau mereka memang sudah berpacaran secara diam-diam.
Saat liftnya sampai, Minho menahan tubuh Jisung. “Katanya cium?”
Jisung tersenyum. Melepas pegangan tangan Minho yang ada di lengannya. Lalu mengambil telapak tangan Minho dan menciumnya seperti anak yang izin ke orang tua.
Minho menatap Jisung. Menodong penjelasan.
“Bukan cium ini, Acil!”
“Itu kan juga cium? Dah ah aku mau mandi, bye!”
Lalu lari dan buru-buru membuka pintu unit mereka. Meninggalkan Minho yang masih terdiam di depan lift.
“Cil ikut mandi!”
“Gak!” Jisung memeletkan lidahnya lalu menutup pintu. Minho berjalan cepat, membuka pintu apartnya. Namun nihil, ia dikunci dari luar oleh Jisung.
“Sialan lo Acil!!!”