CHEESECAKE

Di sini Jisung sekarang. Duduk diam di samping Minho yang sedang fokus pada jalanan. Seperti biasa Jisung terpukau dengan penampilan Minho. Padahal lelaki di sampingnya ini hanya mengenakan celana jeans nya dan kaus putih di lapisi dengan jaket jeans nya.

“Kamu kenapa ngeliatin aku terus?”

Reflek Jisung memalingkan wajahnya, memandang jendela di samping. Ia tidak tau kalau Minho masih tersenyum melihat tingkah nya.

Menarik tangan kanan Jisung, ia genggam dan bawa ke atas pahanya. Mengelus cicin yang melingkar cantik pada jari manis Jisung. cicin lamaran mereka.

Seminggu yang lalu mereka memutuskan untuk masuk ke jenjang yang lebih serius. Soal Jisung yang memintanya untuk putus, Minho tidak terlalu ambil pusing. Karena ia tau kalau lelaki manis itu sedang dalam pikiran yang membuatnya kalut dan ingin mengahiri hubungan ini. walaupun sedikit ada rasa cemas melanda Minho.

Tangannya berhenti saat mobilnya sudah sampai pada tujuan yang ia tuju. Jisung menatap heran. “Kok ke resto kamu sih?”

Minho mengangguk. “Emang kamu ngiranya bakalan aku ajak kemana?”

Melihat Jisung yang diam saja membuat Minho terkekeh. “Kamu nggak sadar ini jam berapa emangnya?”

Jisung melihat jam tangannya. “Jam tujuh kan?” ujar Minho.

“Masih pagi gini mana ada toko yang udah buka, sayang?” lalu terkekeh.

“Ada aja tuh. Kamu aja yang gak tau.”

“Ayo turun. Semalem aku udah nyiapin beberapa cheesecake buat kamu.” lalu pergi keluar meninggalkan Jisung.

Mengikuti Minho yang sudah masuk ke dalam resto. Belum ada pelanggan yang datang. Hanya ada beberapa karyawan Minho yang menyiapkan banyak hal sebelum resto di buka.

Setelah duduk lama menunggu Minho kembali, akhirnya lelaki itu kembali dengan kedua tangannya membawa cheesecake dan segelas minuman.

“Cobain menu baru aku. Kalo kurang pas atau kurang apa, bilang nanti aku benerin biar lebih enak.”

Mana mungkin nggak enak? Yang ada aku minta nambah! batin Jisung dan mulai memakan suapan pertama. kaget, reaksi pertama yang Jisung berikan membuat Minho tersenyum senang.

“Gimana? Enak kan?”

Jisung hanya mengangguk dan diam melanjutkan makannya. Sampai selesai Minho tetap diam menatap lelaki manis di depannya ini sedang menikmati cheesecake buatannya.

“Lagi?”

Jisung mengangguk lalu menahan tangan Minho agar duduk kembali. “Nanti aja.” ujarnya pelan.

Minho duduk kembali, menatap Jisung yang juga menatapnya. Ia tau kalau tunangannya ini ingin membahas sesuatu. Membiarkan Jisung yang lebih dulu membuka percakapan.

“Felix, gimana?”

Felix?

“Dia pinter ya masak?” kata Jisung lagi.

Minho mengangguk. “Dia pinter masak. Aku sempet kaget kalo dia bisa masak itu otodidak. Tanpa diajarin orang lain.”

“Keren ya?”

“Kenapa bahas Felix? Kamu sebenernya mau ngomongin apa?”

Jisung menggeleng. “Aku nggak bisa nyenengin kamu.”

“Nggak bisa gimana? Buktinya aku seneng terus sama kamu.”

“Kamu keliatan seneng banget kemaren pas nyobain masakannya Felix.”

“Karna aku menghargai usaha dia. Rasanya juga enak kok.”

Jisung memutuskan kontak matanya dengan Minho. “Aku juga mau nyenengin kamu karena bangga sama apa yang aku masak. Tapi aku nggak bisa.” ujarnya pelan.

ah, insecure ternyata

“Aku udah coba buat masak sesuatu tapi hasilnya selalu gagal. Aku nggak bisa bikin kamu seneng. Aku nggak bisa masakin sesuatu buat kamu yang capek kerja. Aku nggak bisa. Kamu seharusnya dapet sama yang bisa masak juga. Nggak kayak ak—” omongannya terputus.

“Hey,” meraih tangan Jisung. Menggenggam tangan kecilnya.

“Nggak boleh ngomong gitu. Kata siapa aku nggak senang? Kata siapa kamu gak bisa nyenengin aku? Aku nggak harus dapet yang bisa masak juga kok, karena aku aja udah bisa masak. Bukan gagal, kamu kurang buat nyoba lagi. Kalo gagal, coba lagi sampe kamu nemu kata berhasil. Aku yakin kok kalo kamu niat dan usaha lebih keras lagi, kamu bakalan bisa dan berhasil.”

“Aku nggak masalah kalo kamu nggak bisa masak. Karena cukup aku aja yang masak.”

“Kamu minta putus karena ini? Seharusnya kamu bisa ngomong ke aku kalo kamu pengen bisa masak buat nyenengin aku. Aku bantu kamu sampe kamu bisa, sayang.”

“Makasih udah berusaha untuk bisa masak. Makasih udah mau jujur ke aku. Aku cukup dengan kamu ada di samping aku Ji. Nemenin aku kalo aku capek kerja. Ngasih semangat dan energi buat aku. Kamu nerima dan sayang juga sama aku aja, itu udah lebih dari cukup buat aku. Jadi jangan insecure lagi ya? Aku nggak suka kalo kamu ngerasa nggak worth it buat aku milikin. You're worth it no matters what you’re

Minho tersenyum, mengulurkan tangannya untuk menghapus air mata Jisung. “Jangan nangis ah, malu tuh diliatin kakak-kakak di dapur. Nanti dikira aku jahatin kamu lagi.” kekeh Minho lalu berdiri untuk memeluk Jisung yang masih duduk.

Jisung menyembunyikan kepalanya di perut Minho. Mengeratkan tangannya yang memeluk pinggang Minho. Lelaki yang lebih tua mengelus sayang rambut si muda.

“Mau cheesecake lagi nggak?”

Jisung mengangguk. Masih menangis.

“Yaudah lepas dulu aku ambilin.”

Jisung menggeleng. Lebih mengeratkan kembali pelukannya agar Minho tidak pergi kemana-mana.

“Habis ini sekalian kita fitting baju ya?”

Jisung mengangguk.

“Kita liat cincin juga udah jadi atau belum, atau mau di ubah?”

Jisung menggeleng.

Minho terkekeh. “I love you sayang.”

“Hm, i love you too.”

“Dilepas dulu dong pelukannya, aku nggak denger.”

Jisung menggeleng lucu. “Ok-ok.” kekeh Minho.


FIN.