celebrate
Jisung menatap kardus cake yang ia bawa. Sedikit menyesal karena buat apa ia membelinya?
Jisung tertawa, langkahnya melewati restaurant daging yang sering ia kunjungi saat masih bersama mantannya. Langkahnya mundur, haruskah ia masuk dan memakan kue yang sudah ia beli ini?
Ia memilih untuk masuk. Keadaan restaurant sangat ramai sehingga ia bingung untuk memilih tempat duduk. Sepertinya tidak ada meja kosong. Tatapannya menyapu sekitar, mencari tempat duduk.
“Itu tetangga gue bukan sih??”
“Samperin aja kali ya?”
“Bentar, namanya siapa ya?”
Jisung berbicara sendiri. Memantapkan pilihannya untuk menghampiri lelaki yang duduk sendirian di dekat jendela.
“Gue boleh duduk disini nggak?” Ujar Jisung.
“Duduk aja Jisung.”
“Lo tau gue?”
“Lho? Kamu kan anak RT? Masa aku nggak tau kamu?”
Jisung menyengir malu. “Hm, Minho kan ya?”
Minho mengangguk. “Sendirian?” Melirik kardus berukuran sedang yang jisung bawa.
Jisung mengangguk. “Gue pesen dulu,”
Jisung yang hendak bangun itu tiba-tiba ditahan oleh Minho.
“Ini aja. Banyak banget lho.”
“Masa gue makan punya lo?”
“Lagian ini juga banyak banget, nggak habis juga aku makan sendirian.”
Jisung duduk lagi. Meraih sumpit bersih dan melahap daging yang Minho bakar.
“Lagi, kok lo sendirian gini? Udah tau nggak bakalan habis, tapi lo makan sendirian.”
Minho tidak menjawab. Asik memakan makanannya.
“Kamu beli kue? Ulang tahun juga?”
Jisung mengangguk. Mengeluarkan kue yang ia beli secara random itu. “Iya, gue baru aja putus tadi pagi.”
Minho terdiam, menatap Jisung yang sama sekali tidak sedih itu.
“Nangis aja. Nggak ada yang ngelarang kamu nangis kok.”
“Nggak lah. Ngapain nangis?” Kekeh Jisung.
gue kira lo bakalan ngetawain gue. Ternyata enggak.
Senyum Jisung muncul akibat omongan Minho.
“Tadi kalo gak salah denger, lo ngomong juga ulang tahun? Lo lagi ulang tahun, kah?”
Minho mengangguk.
“Yaudah, kita rayain aja sekalian!” Semangat Jisung.
Setelah menyalakan api, Jisung menatap Minho.
“Selamat bertambah usia, Minho tetangga gue!” Cengir nya di akhir.
“Selamat atas status jomblo nya, Jisung!”
Jisung terkekeh. Keduanya meniup lilin.
“Kamu kenapa lebih milih buat ngerayain hari putus kamu?”
“Gak tau, random aja sih beli kue.”
“Sekarang gak papa sedih, tapi besok jangan tangisin mantan kamu itu.”
Jisung tersenyum. “Siap! Laksanakan!”
“Lo juga kenapa ngerayain sendiri?”
“Aku nggak ngerayain tuh?”
“Lho ini? Makan-makan sendiri?”
“Karna laper aja.”
Jisung terkekeh. “Iya deh iya.”
“Karna gue ditraktir gini, besok gue bakalan beli kado buat lo!”
“Nggak usah. Cukup kamu nggak akan nangis aja setelah ini.”
aduh, masa iya gue langsung baper gini?
“Lo besok kemana?”
“Kerja.”
“Setelah itu?”
“Kenapa?”
“Gue mau ajak lo jalan aja sih.”
“Liat besok deh.”
Jisung tersenyum senang. “Kita tetanggaan tapi gak pernah ngobrol gini.”
“Lo emang pendiem ya?”
“Lo punya pacar nggak?”
“Lo dua bersaudara kan ya?”
“Lo kerja apa kalo boleh tau?”
“Kamu emang secerewet ini ya?”
Jisung menyengir. “Enggak sih, cuma gue terlalu excited aja mau kenal lebih jauh sama lo.”
“Kamu juga orangnya sejujur ini ya?”
“Iya! Gue mau nyoba cinta sama lo!”
“Boleh.”
Jawaban Minho mampu membuat debaran jantung Jisung semakin cepat.