Belanja
// rokok
Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam dan Jisung mau tidak mau untuk turun ke bawah, ke mini market untuk belanja persediaan makanan di apart nya.
Tangannya memeluk dirinya sendiri. Mengelus-elus lengan telanjang nya karena ia hanya memakai kaos tanpa lengannya itu. Ia kira tidak akan sedingin ini namun ia salah.
Mendorong pintu mini market, berjalan mengambil tas belanjaan dan mulai belanja. Mengambil beberapa mie instan, ciki-ciki an, susu kotak, sabun cuci piring maupun sabun cuci baju, dan lain sebagainya.
Setelah dirasa cukup, Jisung mengantre. Ia salah tidak membawa dua tas belanjaan, hanya satu dan isinya hampir terjatuh sangking banyaknya.
Lama banget anjir, buruan kek! Gue kedinginan nih. Mana koloran doang sama ketekan gini! batin Jisung kesal melihat orang di depannya begitu lama.
Lamanya ia melamun, akhirnya giliran ia yang membayar. Menunggu semua ditotal, Jisung merogoh kantung celana pendeknya itu. Panik. Dompetnya tidak ada.
“Total nya Tiga Ratus Dua Puluh Lima Ribu Rupiah.”
“Mbak, bisa nitip dulu gak? Saya ke atas dulu ambil dompet?” Ujarnya pelan agar orang di belakangnya tidak dapat mendengarnya.
“Gak bisa Mas. Mas nya udah ambil banyak trus di tinggal gitu aja? Siapa yang bisa menjamin kalo Mas nya balik lagi?”
Jisung menghela napasnya. “Saya warga Apartement sebrang Mbak! Gak akan lari juga karna saya butuh buat makan malam!”
“Gabungin aja Mbak.”
Jisung reflek bergeser ke samping. Menatap laki-laki yang melipat jas hitam nya serta ditaruh pada lengannya. Kemeja putih digulung sampai batas sikut. Menaruh belanjaannya yang hanya, rokok serta air mineral.
“Mbak! Nggak usah! Saya beneran lari deh biar cepet dan gak akan kabur buat gak bayar!” Mohon Jisung. Namun Mbak kasir itu sudah menyampur belanjaannya dengan lelaki di sampingnya itu.
Setelah lelaki itu membayar, ia keluar sambil mulai menghisap rokoknya. Jisung kewalahan mengikuti lelaki itu karena ia membawa dua kantung besar belanjaannya.
“Pak! Mas? Kak? Aduh manggil apa gue?!”
Lalu berhenti di meja minimarket, menaruh belanjaannya di sana. Lelaki yang sudah asik merokok berdiri di depannya, membelakanginya dan entah menunggu aja.
“Mas?”
Lelaki itu menoleh. Tidak, Jisung tidak terpesona menatap lelaki itu. Jisung tipe yang masa bodo dan walaupun benar lelaki di depannya ini sangat tampan.
“Mau nunggu sebentar gak? Gue ambil uang di atas dulu. Sekalian sekarang aja gue bayar, ya? Tunggu sebentar ya? Titip nih belanjaan!” Lalu tanpa menunggu lelaki itu mengiyakan perkataannya, Jisung berlari kencang. Menyebrang dengan hati-hati dan melanjutkan larinya.
Lelaki itu melihat malas plastik belanjaan yang menganggur di atas meja.
“Dia kira saya mau nungguin dia ambil uang?”
Lalu netranya beralih untuk menatap lelaki paruh baya yang baru saja menghampirinya.
“Mas Minho, bubur kacang hijau nya nggak ada. Mau cari di tempat lain atau pulang aja?”
“Pulang aja Pak, saya capek mau langsung tidur aja.”
Lelaki paruh baya itu mengangguk lalu berjalan duluan. Lelaki yang dipanggil Minho itu pun juga mengikuti supirnya dari belakang. Menatap tidak peduli plastik lelaki yang tidak ia kenal tadi.