balap
tags: kata kasar, mention of jual diri, toxic friendship, pergaulan bebas
Malam pun tiba. Setelah bel pulang sekolah, Jisung memutuskan untuk pulang ke apartemen milik nya itu. Pemberian dari Mama nya.
Sepeninggalan Mama nya, Jisung sering menyewa orang untuk membersihkan apartemen nya itu. Semua pengharum ruangan, baju atau apapun itu, ia memilih tetap menggunakan pengharum yang biasa Mama nya pakai.
Rasa nyaman saat bersantai di sana adalah favorite nya. Jisung merasa Mama nya ada di sana. Merebahkan dirinya pada sofa tamu dan memejamkan matanya, menghirup aroma ruangan itu membuat Jisung senang dan sedih secara bersamaan. Tidak jarang ia bergumam sendiri.
“Ma, Jisung kangen.”
“Mau peluk, gimana dong?”
Tes!
Air matanya menetes. Ia usap lalu bangun untuk duduk menyandar di sofa.
“Nggak boleh nangis! Nanti Mama sedih liatnya di atas sana!”
Melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul delapan malam, Jisung berdiri. Menuju dapurnya.
“Males masak, males order online. Ada mie nggak ya?” Tanyanya sambil mencari keberadaan mie bungkus yang sering ia stok untuk di apartemennya.
Sebenarnya ia malas jika disuruh untuk menjemput teman-temannya itu. Felix dan Seungmin tidak mau berangkat ke arena sendiri. Mau tidak mau Jisung menjemput mereka.
Saat sampai, ia disambut oleh Oh Seungmin. Atau sering dipanggil Ode oleh anak tongkrongan mereka.
Ode dan teman-temannya yang ada sekitar lima belas orang itu berkumpul di belakang Ode. Jisung hanya memiliki Felix dan Seungmin.
“Gue kira lo gak bakalan dateng, Han Jisung.” Ucap Ode menekan namanya.
Jisung maju selangkah. Menaruh kedua tangannya di jaket. Menatap sedikit mendongak ke arah Ode.
“Gue nggak cupu asal lo tau.” Senyumnya mengembang. Lebih ke senyum menantang.
Kali ini Ode yang mencondongkan badannya sambil tangannya bersedekap. “Kalo diliat dari deket gini, lo ternyata cantik banget ya?”
Jisung diam tidak bergerak sedikitpun. Menatap lebih tajam lelaki di depannya ini.
“Gak usah balap deh kita. 10 juta buat gue beli badan lo aja. Gimana?” Menatap remeh Jisung.
Bukan Jisung namanya kalau diam saja. “10 juta doang? Sorry, gue nggak semurahan itu!” Lalu pergi menyiapkan mobilnya.
Ode tersenyum sinis. Geretakan giginya terdengar.
Jisung tersenyum puas melihat mobil Ode yang jauh darinya itu.
“Brengsek, cepet banget lawan si Ode.” Sambil tertawa sendiri.
“Sengaja kalah atau emang nggak bisa lawan gue?”
Mobilnya penuh dengan suara ketawa nya. Sampai ia pada garis akhir, Jisung melihat dua temannya itu ber-tos ria.
Keluar dari mobilnya dan tak lama mobil Ode datang. Smrik nya muncul. Sekarang giliran ia yang menyambut kedatangan lawannya itu.
Jisung menepuk tangannya. “Gampang banget menang ya kalo lawannya lo?”
Jisung tau orang di depannya ini menahan marahnya. “Sengaja. Gue sengaja kalah buat lo.”
Jisung tertawa sinis. Semua orang yang kalah pasti berbicara seperti ini.
“Iya deh. Yang penting gue tetep pemenangnya. Mana duitnya!” Minta Jisung.
Ode memberi isyarat kepada temannya agar memberikan uang 10 juta ke pada Jisung.
Jisung menerima amplop nya itu. Tersenyum mengejek. “Daripada lo susah payah nge-gas mobil gini, mending lo gue ajarin buat menang lawan gue. Gimana?”
“Mending gue beli aja badan lo ini, gimana?”
Jisung menepuk dada Ode menggunakan amplop uang nya. “Mauan deh kamu, sayang.”
Lalu tersenyum lagi. “Duluan! Thanks!”
Berjalan menjauh ke arah mobilnya diikuti kedua temannya itu.