Baking Cake

masih sama, ini mimpinya Jisung hari berikutnya


“Aku tadi nyari baking powder trus nemu ini!” Ucap Jisung semangat sambil menyodorkan beberapa coklat kesukaannya.

Lawan bicaranya tersenyum.

“Boleh kan, Minho?” Tanya Jisung sedikit takut. Entah kenapa ia takut tidak diperbolehkan mengambil coklat.

Mereka sedang ada di Supermarket, berbelanja bahan-bahan untuk membuat kue.

“Boleh sayang.”

“Yeiy!” Ucap Jisung senang.

“Sayang kalo mau ambil lagi juga gak apa-apa kok.”

Jisung menggeleng. “Ini cukup kok, nanti beli lagi kalo habis.” Cengir Jisung.

“Iya boleh sayang.”

Jantung Jisung berdegub kencang. Jisung lemah kalau sudah soft spoken seperti ini.

Beberapa menit berlalu, keduanya sudah kembali ke rumah.

“Baking sekarang?” Tanya Minho sambil mengangkat tepung dan loyang bulat.

Jisung tersenyum senang lalu mengangguk. “OK!”

Minho memakaikan apron ke badan Jisung dan menalinya kebelakang. Dan ia mengalungkan miliknya sendiri lalu dibantu Jisung untuk mengikatnya.

“Siap?” Tanya Minho gemas melihat Jisung.

Jisung mengangguk semangat. Tangannya memegang Whisk lalu menjawab. “SIAP!”

Dimulai dari keduanya bekerja sama memecahkan telur lalu memisahkan kuning telur dan putih telur sampai ke step paling terakhir yaitu memanggang adonan ke oven. Selama membuat adonan, keduanya asik mengobrol sambil bercanda. Sesekali perang tepung, alhasil muka mereka cemong dipenuhi tepung putih di wajah masing-masing.

“Aku mau hias pake butter cream aja pinggirnya!”

“Sama-sama warna putih gini?” Tanya Minho bingung.

“Di campur pasta hitam!” Jisung cekikikan sendiri membuat tangan Minho reflek mengusap kepala Jisung.

“Ih kotor!” Menepis tangan Minho.

“Aku udah cuci tangan nih, bersih gini dibilang kotor.” Sedih Minho.

“Maaf kan gak tau kalo kamu udah cuci tangan.”

“Iyaa.”

Asik mengias kue, akhirnya jadi juga. “Selesai!”

“Cantik kan?!” Lanjut Jisung.

“Iya cantik.”

“Setuju! Kue nya cantik walaupun di hias sederhana gini!”

“Kamu cantik.”

Jisung terdiam. Tangannya yang tadi ingin segera menancapkan lilin seketika menjadi pelan.

“Makasih.” Senyum Jisung.

“Sekali lagi, Selamat ulang tahun ya Sayang.”

Jisung mengangguk lalu mencium bibir Minho dengan cepat.


Jisung membuka matanya dengan cepat. Napasnya sangat cepat. Degub jantungnya juga cepat.

Segera mungkin Jisung turun dari kasurnya lalu berjalan menuju dapur.

Kue nya ada.

Cake yang ia hias hitam putih lalu diberi satu lilin itu ada di meja dapurnya.

Jisung mundur. Ia tidak percaya. Apa ini? Apa dia halusinasi? Atau ia lupa ingatan? Atau semalam Minho memang ke rumah nya dan mereka membuat kue? Jisung tidak mengerti.